Mungkin banyak yang bingung memahami judul diatas, seorang suami selingkuh dengan seorang lelaki? Gimana caranya ya? Tapi ini adalah sebuah fakta yang dialami seorang ibu.
Saya tidak akan membahas kronologis cerita ini, tetapi kami akan mengulas bagaimana fenomena ini bisa muncul. Saya yakin, bahwa fenomena ini bukan hanya dialami oleh ibu tersebut, tetapi beberapa orang lainnya kemungkinan juga mengalaminya. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengulas Pengertian Homoseksual, Transeksual dan Biseksual, Penyimpangan Seksual, dan Gangguan Identitas Gender (Gender Identity Disorder), serta pandangan psikologi dan agama terhadap perilaku homoseks. Berangkat dari pembahasan inilah kita akan memulai mengulas fenomena seorang suami selingkuh dengan seorang lelaki diatas.
Dalam DSM IV-TR, homoseksual bukan lagi sebagai sebuah gangguan perilaku, tetapi merupakan salah satu varian dari orientasi seksual. Hal ini yang membuat beberapa negara sudah melegalkan pernikahan sesama jenis (pernikahan homo/pasangan gay atau lesbi). Hal ini berbeda dengan beberapa negara yang masih menentang kuat pernikahan sesama jenis ini. hubungan seksual antara sesama jenis adalah sebuah hubungan yang sangat tabuh, perbuatan paling tercelah, dan tidak bisa diterima. Yang menjadi masalah adalah, jika ada seseorang yang mengami orientasi seksual “menyimpang (homo)”, mereka tidak dapat bebas melampiaskan hasrat seksualnya karena masyarakat dan budaya tidak bisa menerima perilaku tersebut. Apakah karena tekanan budaya dan agama tersebut dapat menghilangkan/mengubah keinginan/orientasi seksual kaum homo?
Menurut beberapa pakar seksiologi, probabilitas munculnya perilaku homoseks dalam populasi sekitar 10 berbanding 1. Jadi, dari sepuluh orang, kemungkinan yang mengalami orientasi homoseks sekitar 1 orang. Ada juga yang memperkirakan sekitar 3 persen dari populasi. Jika perkiraan ini betul, berarti populasi orang yang mengalami orientasi homoseks sangat banyak di Indonesia. Dari 200 juta penduduk Indonesia dikali 3 persen, minimal terdapat sekitar 7.000.000 kaum homo di Indonesia (jika perkiraan ini betul). Belum ada data pasti jumlah kaum homoseks di Indonesia, karena kaum homo masih menutup diri menunjukkan dan berterusterang dengan identitas orientasi seksualnya.
Bagaimana cara kaum homoseksual menyalurkan hasrat seksualnya pada masyarakat yang tidak menerima perilaku tersebut? Kebanyakan kaum homoseks, memendam keinginan dan hasrat seksualnya terhadap sesama jenis. Untuk dianggap normal, bahkan sebagian dari mereka rela menikah dengan lawan jenis, walau dalam batinnya tidak menyukai pernikahan tersebut. Ini dilakukan hanya untuk bisa diterima dalam masyarakat. Sebagian dari mereka, bahkan masih melakukan aktivitas seks dengan sesama jenis dan lawan jenis, yang membuat mereka seperti kaum biseks (menyukai berhubungan dengan laki-laki atau perempuan). Penyembunyian hasrat homoseksual ini menjadi heteroseks, bisa terjadi bagi gay maupun lesbi. Seorang homoseks (gay dan lesbi), bahkan bisa menjadi seorang ayah (suami --- bagi seorang gay) atau seorang lesbi bisa menjadi seorang ibu (istri), walau keinginan berhubungan dengan sesama jenis tetap tidak menghilang. Jika situasi memungkinkan, mereka akan melakukan perilaku homoseks tersebut dengan pasangannya (terkadang mereka punya pasangan homoseks intim) walau harus meyimpangnya dalam-dalam.
Hal inilah yang dialami oleh ibu pada penggalan cerita di awal. Suaminya adalah seorang homoseks, dan terpaksa menikah dengan ibu tersebut untuk tetap diakui masih sebagai orang normal. Dalam kehidupan keluarga, mereka sudah mempunyai anak, tetapi suaminya tersebut mempunyai simpanan yang ternyata adalah seorang lelaki (partner homonya).
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah perilaku homoseksual bisa berubah menjadi heteroseksual? Karena dalam agama sudah jelas tidak menerima perilaku tersebut. Budayapun (khususnya budaya di timur) juga tidak menerima perilaku ini.
Sumber
Saya tidak akan membahas kronologis cerita ini, tetapi kami akan mengulas bagaimana fenomena ini bisa muncul. Saya yakin, bahwa fenomena ini bukan hanya dialami oleh ibu tersebut, tetapi beberapa orang lainnya kemungkinan juga mengalaminya. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengulas Pengertian Homoseksual, Transeksual dan Biseksual, Penyimpangan Seksual, dan Gangguan Identitas Gender (Gender Identity Disorder), serta pandangan psikologi dan agama terhadap perilaku homoseks. Berangkat dari pembahasan inilah kita akan memulai mengulas fenomena seorang suami selingkuh dengan seorang lelaki diatas.
Dalam DSM IV-TR, homoseksual bukan lagi sebagai sebuah gangguan perilaku, tetapi merupakan salah satu varian dari orientasi seksual. Hal ini yang membuat beberapa negara sudah melegalkan pernikahan sesama jenis (pernikahan homo/pasangan gay atau lesbi). Hal ini berbeda dengan beberapa negara yang masih menentang kuat pernikahan sesama jenis ini. hubungan seksual antara sesama jenis adalah sebuah hubungan yang sangat tabuh, perbuatan paling tercelah, dan tidak bisa diterima. Yang menjadi masalah adalah, jika ada seseorang yang mengami orientasi seksual “menyimpang (homo)”, mereka tidak dapat bebas melampiaskan hasrat seksualnya karena masyarakat dan budaya tidak bisa menerima perilaku tersebut. Apakah karena tekanan budaya dan agama tersebut dapat menghilangkan/mengubah keinginan/orientasi seksual kaum homo?
Menurut beberapa pakar seksiologi, probabilitas munculnya perilaku homoseks dalam populasi sekitar 10 berbanding 1. Jadi, dari sepuluh orang, kemungkinan yang mengalami orientasi homoseks sekitar 1 orang. Ada juga yang memperkirakan sekitar 3 persen dari populasi. Jika perkiraan ini betul, berarti populasi orang yang mengalami orientasi homoseks sangat banyak di Indonesia. Dari 200 juta penduduk Indonesia dikali 3 persen, minimal terdapat sekitar 7.000.000 kaum homo di Indonesia (jika perkiraan ini betul). Belum ada data pasti jumlah kaum homoseks di Indonesia, karena kaum homo masih menutup diri menunjukkan dan berterusterang dengan identitas orientasi seksualnya.
Bagaimana cara kaum homoseksual menyalurkan hasrat seksualnya pada masyarakat yang tidak menerima perilaku tersebut? Kebanyakan kaum homoseks, memendam keinginan dan hasrat seksualnya terhadap sesama jenis. Untuk dianggap normal, bahkan sebagian dari mereka rela menikah dengan lawan jenis, walau dalam batinnya tidak menyukai pernikahan tersebut. Ini dilakukan hanya untuk bisa diterima dalam masyarakat. Sebagian dari mereka, bahkan masih melakukan aktivitas seks dengan sesama jenis dan lawan jenis, yang membuat mereka seperti kaum biseks (menyukai berhubungan dengan laki-laki atau perempuan). Penyembunyian hasrat homoseksual ini menjadi heteroseks, bisa terjadi bagi gay maupun lesbi. Seorang homoseks (gay dan lesbi), bahkan bisa menjadi seorang ayah (suami --- bagi seorang gay) atau seorang lesbi bisa menjadi seorang ibu (istri), walau keinginan berhubungan dengan sesama jenis tetap tidak menghilang. Jika situasi memungkinkan, mereka akan melakukan perilaku homoseks tersebut dengan pasangannya (terkadang mereka punya pasangan homoseks intim) walau harus meyimpangnya dalam-dalam.
Hal inilah yang dialami oleh ibu pada penggalan cerita di awal. Suaminya adalah seorang homoseks, dan terpaksa menikah dengan ibu tersebut untuk tetap diakui masih sebagai orang normal. Dalam kehidupan keluarga, mereka sudah mempunyai anak, tetapi suaminya tersebut mempunyai simpanan yang ternyata adalah seorang lelaki (partner homonya).
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah perilaku homoseksual bisa berubah menjadi heteroseksual? Karena dalam agama sudah jelas tidak menerima perilaku tersebut. Budayapun (khususnya budaya di timur) juga tidak menerima perilaku ini.
Sumber