Thursday, May 10

Cerita Rakyat : Jayaprana & Layonsari Versi 2012

Share on :


Di suatu desa yang bernama desa Taro kecamatan Tegallalang, Gianyar, hiduplah suatu keluarga , didalam keluarga itu ada seorang pria yang bernama I Made Dira dan istrinya ni Nyoman Rubik, mereka mempunyai tiga orang anak, yang paling tua bernama I Wayan Galang, Yang kedua bernama I Made Manu dan yang paling bungsu bernama I Nengah Jayaprana. Mereka adalah keluarga kecil yang berbahagia, I Made Dira selalu menasehati ketiga putranya itu untuk saling membantu sesama dan berbuat kebajikan. Suatu ketika mereka sekeluarga bepergian ke Bedugul untuk liburan akhir pekan, semua berjalan lancar sampai suatu ketika mobil merk BMW 320 i itu menabrak pagar pembatas jalan karena menghindari bus yang melaju kencang dari arah berlawanan. Mobil itupun terguling dan terpental hingga 9 meter. Warga yang melihat kejadian itu langsung menelepon polisi dan melarikan kelima korban tersebut ke RS terdekat. Seluruh keluarga I Made Dira meninggal saat sampai dirumah sakit. Hanya yang paling bungsu I Nengah Jayaprana yang masih bisa selamat. Seorang relawan merasa kasihan kepada Jayaprana, sehingga relawan itu membiayai seluruh pengobatan rumah sakit Jayaprana.

Tiga bulan berlalu setelah kecelakaan tragis itu, i Jayaprana keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumahnya di desa taro, Jayaprna sangat sedih dan sering murung sendiri di rumahnya sendirian. Jayaprana tidak memiliki saudara lain, hanya tetangga karibnya yang peduli padanya. Kadangkala tetangganya yang bernama I Ketut Sulastri merasa iba dengan nasib jayaprana yang sebatang kara, I Ketut Sulastri sering membawakan jayaprana makanan seadaanya yang Ia miliki. Tinggallah jayaprana menyendiri dalam kamarnya berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Sampai akhirnya pada suatu ketika muncul kesadaran dalam diri Jayaprana dalam hati ia berkata “aku tidak boleh begini terus !, aku harus melanjutkan hidupku walau dengan segala keadaanku saat ini” maka bangkitlah Jayaprana Ia kembali kesekolahnya di SMAN 1 Taro, Jayaprna belajar dengn giat sampai akhirnya ia tamat sekolah, dan akan melanjutkan ke Perguruan tinggi, Jayaprana merupakan siswa yang pintar, karena kepintarannya itulah Jayaprana mendapat beasiswa untuk Kuliah di Singapura, sebuah Kampus yang mencetak mahasiswa-mahasiswa yang sangat berpenagruh pada dunia.

7 tahun Jayaprana menuntut ilmu di Negera Singapura, ia pun pulang ke kampung halamannya di Desa Taro, kedatangan Jayaprana disamput haru oleh segenap orang-orang di desanya yang sangat menyayangi dan membanggakan I Jayaprana. Keesokan harinya I Jayaprana pergi ke Kota Denpasar untuk melamar pekerjaan, dengan statusnya sebagai Sarjana lulusan luar negeri dengan predikat S2 Tehnik Manajemen Perkantoran tentu I Jayaprana dengan mudahnya mendapat pekerjaan di perusahaan milik swasta yang bernama PT. Genta Buana Paramita. Di perusahaan itu I Jayaprana diangkat menjadi Jendral Menejer merangkap Wakil Sekretaris Direktur. I Jayaprana sangat disayang oleh Direktur perusahaan tersebut yang bernama Gusti Made Wenten sampai-sampai I Jayapran dibuatkan rumah nyaman oleh Direktur Gusti Made Wenten di kawasan Gatsu Timur, Denpasar. I Jayaprana sering disuruh oleh direkturnya sebagai sopir untuk mengantar Direktur Gusti Made Wenten bepergian. Sampai pada akhinya I Jayaprana disuruh oleh Direktur Gusti Made Wenten untuk menemani beliau ke acara kondangan sahabat Direktur Gusti Made Wenten. Ditengah perjalan berkatalah sang direktur “hai, engkau jayaprana, sekarang umurmu sudah 25 tahun, sudah matang untuk menikah kenapa kau tidak mencari seorang istri ?” jawab I Jayaprana “belum saatnya pak, saya mau fokus ke pekerjaan saya dulu” dengan ekspresi yang agak cemberut Direktur Gusti Made Wenten pun menjawabnya “loh kenapa begitu ? kau sudah mapan, sudah punya rumah sendiri, mobil sendiri tampan dan rupawan lagi, apa kau tidak kesepian sendirian ?” jawab I Jayaprana “ bukannya begitu pak, saya ingin segera menikah tetapi.........” jayaprana pun diam disela-sela perkataannya. Sang direktur pun semakin penasaran “tetapi apa ? jawab Jayaprana !” kata sang direktur dengan nada yang sedikit membentak, balas I Jayaprana “tetapi saya sudah berjanji kepada mendiang ayah, ibu dan kedua kakak saya, kalau saya tidak akan menikah sebelum saya genap berusia 29 tahun. Balas sang direktur “kenapa begitu ? itukan hanya janji bodoh yang kau ucapkan ketika dulu kau masih dalam keterpurukan, sekarang segalanya telah berubah, jangan kau terus terbayang-bayang masa lalu mu itu, tatap kedepan dan tulis ulang di lembaran baru jalan hidupmu !” mendengar desakan sang Direktur I Jayaprana pun me-Ia kan permintaan sang direktur.

Keesokn harinya tapat malam minggu, I Jayaprana merasa bosan dirumah, Jayaprana membuka laptopnya dan membuka jejaring sosial Facebook, ketika ia lagi asyik facebookan, tiba-tiba ada chat dari sahabat lamanya dari Baturiti, Tabanan yang bernama I Gede Darsana. I Gede Darsana pun menyuruh I Jayaprana untuk melancong ke rumah I Gede Darsana, tanpa pikir panjang lagi berangkatlah I Jayaprana menuju Desa Baturiti, Tabanan dengan mengendarai mobil merk Mercedez-benz C201. Ketika I Jayaprana sampai dirumah sahabatnya itu, I Jayaprana telah disambut hangat oleh sahabatnya I Gede Darsana. Merka berbincang-bincang kesana-sini, menceritakan keadaan masing-masing dan pengalaman mereka masing-masing. Disela-sela keasyikan mereka mengobrol datanglah lah seorang gadis cantik yang benama Ni Nyoman Layonsari membawa surat undangan pernikahan kakaknya untuk I Gede Darsana, “Bli Gede ini ada undangan mesakapan untuk Bli Gede dari kakak tiang” kata Ni Layonsari, “oh iya terimakasih ya Layonsari sudah repot-repot malam-malam seperti ini” saut I Gede Darsana. “oh iya perkenalkan ini teman saya Jayapana Dari Denpasar”sambung I Gede Darsana. Jayaprana pun dikenalkan kepada Ni Layonsari, merekapun bersalaman dan saling memperkenalkan diri mereka masing-masing. Saat bersalaman jantung I Jayaprana berdetak kencang, begitupun dengan layonsari mukanya memerah. Lalu layonsari mohon diri untuk pulang ke rumahnya.

Sejak kepulangan Layonsari I Jayaprana sangat penasaran dengan kecantikan Ni Layonsari bertanyalah I Jayaprana Kepda I Gede Darsana “De, dari mana itu tadi gadis yang bernama Layonsari? Cantik sekali dia, sudah punya pacar belum ?” jawab I Gede Darsana”oh itu teman saya dari banjar sebelah, dia masih sendiri belum punya pacar, eh kenapa kamu nanya gitu ? kamu suka ya sama Layonsari ?” goda I Gede Darsana .”eh, kamu jangan mengada-ada ya de!” jawab I Jayaprana dengan agak gugup. Jam sudah menunjukan pukul 11.15 malam, I Jayapana mohon ijin pulang kepada I Gede Darsana. Dalam perjalanan pulang, I Jayaprana selalu terbayang wajah Ni Layonsari. Saat sampai dirumahpun I Jayaprana masih terbayang-bayang wajah canti ni Layonsari. Tiga hari berselang sejak perkenalannya dengan Ni Layonsari, I Jayaprana tidak sanggup menahan rasa penasarannya terhadap Ni Layonsari, I Jayaprana pun menelon I Gede Darsana dan meminta Pin BB nya Ni Layonsari, I Gede Darsanapun memberikan Pin BB Ni Layonsari kepada I Jayaprana. I Jayaparana pun segera menginvite jayaprana, setelah di confir , I Jayaprana pun langsung menge-PING!!! Ni Layonsari, Layonsari membalas BBM I Jayaprana dengan gaya tulisan agak bingung “siapa ya ? :0” balas I Jayaprana “ini aku Jayaprana yang di rumahnya Gede Darsana malam itu” , “ oh Ia saya ingat sama kamu,” singkat cerita mereka pun saling BBM-an kadang kala juga menelpon.

Sampai akhirnya I Jayaprana mengajak Ni Layonsari untuk ketemu di Lapangan alun-alun Renon. Merekapun bertemu dan saling mengobrol, sampai akhirnya I Jayaprana pun meminta agar Ni Layonsari mau menjadi pacar I Jayaprana. Layonsari dengan perasaan yang agak dekdegan meng-iakan permintaan I Jayaprana , Sangat gembira I Jayaprana Mendengar kalu Ni Layonsari menerimanya, Jayaprana pun mengeluarkan sebuah cincin dari saku celananya yang kemudian ia pasang di jari manis Ni Layonsari. I Jayaprana dan Ni Layonsari mengucap janji “sehidup semati, setia selamanya”. Dua tahun mereka pacaran dan mereka sudah merencanakan pernikahan. Kabar ini langsung I Jayaprana sampaikan kepada Direkturnya Gusti Made Wenten. Gusti Made Wenten sangat gembira mendengar berita itu. Gusti Made Wentenpun langsung melaksanakan rapat banjar untuk merencanaka segala keperluan perjikahan I Jayaprana dan Layonsari. Gusti Made Wenten berjanji kepada I Jayaprana bahwa Ia akan menanggung semua biaya pernikahan I Jayaprana dan Layonsari. Sampai pada saatnya I Jayaprana dan Ni Layonsari melangsungkan upacara pernikahan dan saat itupula Direktur Gusti Made Wenten meihat paras Ni Layonsari yang cantik jelita, Gusti Made Wenten tercengang diam membisu seribu bahasa, tak sanggup berkata-kata melihat kecantikan paras Ni Layonsari. Dari sanalah timbul niat jahat Gusti Made Wenten untuk memiliki Ni Layonsari sebagai istri ke empatnya dan menyingkirkan I Jayaprana. Setelah upacar berakhir semua warga pulang kerumah masing-masing begitu pula dengan Gusti Made Wenten. Dirumah itu tinggallah sepasang suami-istri yang berbahagia I Jayaprana dan Ni Layonsari.

Sampailah Gusti Made Wenten dirumahnya, sesampainya dirumah Gusti Made Wenten , iapun mengumpulkan beberapa karyawan di perusahaan yang Ia pimpin , yaitu I Wayan Koster, I made Lilir, I Wayan somi, Gusti Ngurah Wijaya, Ki Dukuh Belatung dan terakhir I Ketut Madya. Gusti made wenten memberi tahu rencana untuk menyingkirkan I Jayaprana dagar Gusti Made Wenten dapat memperistri Ni Layonsari. “kalian semua aku kumpulkan disini untuk menyingkirkan I Jayaprana agar aku bisa merebut intrinya Ni Layonsari, Kalian aku tugaskan untuk pergi bersama I Jayaprana ke pulau Bangka Belitung untuk menyelesaikan sengketa tanah perusahaan dengan rakyat disana. Tapi ingat !! ini hanya kedok! Sesampainya kalian sampai disana segera habisi Jayaprana, tanpa ada jejak ! soal Ni Layonsari biar aku yang urus” mereka berenam meng-iakan perintah Gusti Made Wenten. Gusti Made Wenten pun segera Menelepon I Jayaprana tentang keberangkatannya yang mendadak besok bersama 6 karyawan lainnya. Dengan berat hati I Jayaprana meng-iyakan perintah Direkturnya Gusti Made Wenten. I Jayaprana pun memberi tahu istrinya Ni layonsari tentang keberangkatannya yang yang mendadak itu, dengan berat hati Ni Layonsari mengijinkannya walau sempat menolak karena baru menikah sudah ditinggal I Jayaprana tugas keluar kota. Malam pun berlalu dan Jayaprana siap berangkat yang sudah ditunggu oleh mobil penjemput yang akan mengantar Jayaprana ke Bandara Internasional Ngurah Rai. Firasat buruk pun seketika menyelimuti hati Ni Layonsari, air matanya menetes ketika sang suami I Jayaprana meninggalkannya, tapi apa mau dikata.

Enam jam penerbangan dari Bali menuju Bangka Belitung dan sampailah rombongan Jayaprana di tempat penginapan yang jauh dari pemukiman penduduk. Tanpa disadari saat terbangun dari tidur kaki dan tangan I Jayaprana sudah diikat. I Jayaprana pun memberontak dan berkata “sebenarnya ada apa ini ? apa yang kalian lakukan ?” berkatalah I Wayan Koster tentang semua rencana I Gusti Made Wenten menugaskan I Jayaprana dan enam lainnya ke Bangka Belitung bukan untuk tugas melainkan untuk membunuh Jayaprana dan mengambil istrinya. Setelah mendengar semua cerita tersebut jayaprana sedih, bingung dan galau, dalam hati Ia berkata “ Tuhan.. seberat inikah cobaan yang engkau beri, yah.. jika ini memang takdir hamba, hamba terima semua jalan yang telah kau tulis untuk hamba, tapi hamba sadar ya Tuhan, hamba harus melwan, hamba tidak mau berakhir seperti ini dan meninggalkan istri yang baru kemarin hamba nikahi”

Dengan segenap tenaga I Jayaprana berhasil melepaskan ikatan dikaki dan tangannya, terjadilah perkelahiang yang dahsyat antara I Jayaprana Melawan 6 anak buah Gusti Made Wenten, I Jayaprana dengan kekuatan cintanya berhasil menumbangkan semuaanak buah Gusti Made Wenten, tanpa I Jayaprana sadari Ki dukuh Belatung masih bisa bergerak dan menembak dada kiri I Jayaprana, Jayaprana pun tumbang, air matanya menetes memikirkan apa yang akan terjadi kepada istrinya NI Layonsari, Seketika datanglah seekor burung merpati membawa sepucuk kertas putih di mulutnya, dan Jayaprana pun langsung mengambil pene dan menulis surat terakhirnya untuk Layonsari. Dengan posisi tengkurap dan berlumuran darah, juga sekarat, I Jayaprana menulis surat yang berisi

“Dinda Layonsari
Maafkan kakanda yang meninggalkan dinda
Kanda diperdaya oleh anak buah Gusti Made Wenten
Hanya demi Gusti made Wenten yang ingin memiliki dinda
Kanda sadar sebentar lagi ajal akan menjemput kanda
Kalau boleh kanda meminta kepa Hyang Widhi
Kanda Ingin sekali mengulang waktu
Waktu saat saat dulu lagi
Tapi apa mau dikata
Inilah jalan Hyang Widhi yang diberikan kepada kita
Dinda jaga diri dinda baik-baik
Walaupun kanda tidak bisa menyentuh dinda lagi
Tapi Percayalah dinda, Kanda akan selalu abadi dihati dinda
Kanda akan selalu menjaga dinda
Walau kini kanda telah tiada”

I Jayaprana pun selesai menulis surat terkhirnya untuk Ni layonsari, diikiatkannya surat tersebut di kaki burung merpati tadi. Burung merpati itupun terbang menuju rumah I Jayaprana & Layonsari . Sangat sedih hati Ni Layonsari membaca surat itu balam hati ia berkata “kanda kenapa kanda ? kenapa kau pergi meninggalkan dinda ? baru kemarin kita menikah kanda, belum kita merasakan indahnya menjadi orang tua dari anak-anak kita” Lalu datanglah Gusti Made Wenten ke rumah Ni Layonsari, untuk memaksa Ni Layonsari pergi bersama Gusti Made Wenten. Ni Layonsari menolak , lalu segera Ni Layonsari mengambil Pistol yang ada di pinggang Gusti Made Wenten dan Laoyonsari pun berkata “ Lebih baik aku mati juga menyusul kakanda Jayaprana di alam sana” “doooorrr” Layonsari pun menembakk kepalanya sendiri hingga tewas ditempat.
Pada akhirnya Gusti Made Wenten dan keenam anak buahnya dihukum mati karena melakukan tindak kriminal yaitu pembunuhan berencana. Warga desa Taro sangat menyayangkan apa yang terjadi dengan Jayaprana dan Layonsari. Mayat mereka pun di upacarai dan dikubur berdampingan.

NB : Cerita diatas merupakan Cerita Layonsari dan Jayaprana Versi 2012 , Yang ditulis ulang oleg Admin Bali-Network apabila ada kesamaan nama latar tempat dan kejadian, itu hanya rekayasa dan fiktif belaka. Cerita ini ditulis ulang tanpa mengubah inti dari cerita yang sebenarnya.

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...